Seminar Internasional: Dekolonisasi dan Kekerasan Politik di Indonesia: Refleksi dari Masa Lalu

October 12, 2019, oleh: superadmin


Yogyakarta – Kekerasan ekstrim yang dilakukan Belanda di Indonesia pada masa lalu, masih membekas di dalam ingatan bangsa Indonesia. Kekerasan ekstrim yang dilakukan Belanda bersifat struktural dan sistematik. Alasan Belanda melakukan kejahatan tersebut diungkapkan oleh Dr. Remy Limpach dari Netherlands Institute of Military History (NIMH) pada Seminar Internasional “Decolonialization & Political Violence in Indonesia: Reflections of The Past”, Selasa (8/10) di Ruang Seminar Pascasarjana Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) .
Acara ini diselenggarakan oleh Program Studi Ilmu Pemerintahan (IP) UMY bekerjasama dengan International Program of Government Affairs and Administration (IGOV) UMY, Magister Ilmu Pemerintahan UMY, dan Program Doktor Politik Islam-Ilmu Politik UMY. Peserta yang hadir tidak hanya dari UMY saja, tetapi juga mahasiswa dari kampus lain yang tertarik dengan topik seminar.
Pada seminar tersebut, Limpach memaparkan 14 alasan yang melatarbelakangi Belanda melakukan kejahatan ekstrim di Indonesia, antara lain militer Belanda yang meremehkan pasukan tentara Indonesia, kepemimpinan yang tidak memadai, kebijakan staf yang buruk dan model peran yang bermasalah, sistem peradilan yang terlalu padat dikombinasikan dengan sesaknya penjara, kecurigaan terhadap warga sipil Indonesia, dorongan untuk membalas perlawanan Indonesia, rasisme, menganggap pasukan Indonesia sebagai ekstrimis, kriminal dan biadab, menurunnya moral dan fatalisme, kurangnya kedisiplinan, kebiasaan militer melakukan kekerasan ekstrim, peluang untuk memobilisasi pasukan Belanda, gagalnya peradilan militer dan kurangnya penegakkan hukum, dan ideologi kolonial paternalistik dalam pengambilan keputusan.