Membanggakan ! Mahasiswa MIP UMY Berhasil Meraih 2 Gelar Master Sekaligus.

September 11, 2021, oleh: superadmin

Wisuda UMY periode tahun 2020/2021 kembali dilaksanakan secara tatap muka maupun secara online. (8/09)

Kurang lebih sekitar 1400 mahasiswa terdaftar untuk melaksanakan wisuda pada bulan September kali ini. Dari 1400 mahasiswa tersebut tentunya ada banyak mahasiswa yang mendapatkan gelar cumlaude, terbaik, dan juga lulusan termuda. Namun, ada hal lain yang menjadi sorotan terutama untuk program Magister Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (MIP UMY).

Lubna Salsabila, S.IP, M.IP, M.PA atau yang lebih sering disapa Lubna ini menjadi mahasiswa MIP satu-satunya yang berhasil menyelesaikan double degreenya di MIP UMY dan juga Mindano State University Filipina (MSU) dengan mengambil jurusan public administration. Selain itu, Lubna juga berhasil mendapatkan indeks prestasi komulatif (IPK) sebesar 3,90 untuk MIP dan 3,85 untuk MPA. Hal ini tentunya menjadi kebanggaan tersendiri untuk MIP dan juga UMY karena mempunyai mahasiswa yang aktif dan juga berprestasi di tingkat nasional maupun international, sesuai dengan harapan yang tertuang dalam tagline UMY yaitu “Muda Mendunia”.

“Awalnya aku pernah ambil S2 di tempat lain, tapi karena ada beberapa kendala seperti ekonomi,  akhirnya aku memutuskan untuk mengundurkan diri. Setelah itu aku daftar MIP UMY, alhamdulillah masih nggak nyangka ternyata UMY bisa membawaku sejauh ini, jelas Lubna”.

Secara lebih detail Lubna mengungkapkan tantangan-tantangan yang harus ia hadapi dan lewati, dari tantangan level terendah hingga tertinggi seperti persiapan dokumen keimigrasian, general medical check-up, tugas yang dua kali lipat lebih banyak di bandingkan mahasiswa/i magister pada umumnya, deadline, dan lain sebagainya.

Seperti yang kita tahu bahwa menyelesaikan satu program master saja sudah cukup menguras otak, emosi, perasaan, dan waktu, tentunya bisa kita bayangkan juga betapa sulitnya jika harus menyelesaikan double degree terlebih di dua instansi pendidikan yang beda, standart yang berbeda, negara yang berbeda, dan juga perbedaan budaya yang kontras antara Indonesia dan Filipina. Hal inilah yang perlu kita sikapi dengan positif, dijadikan teladan, dan kita apresiasi penuh terkait usaha, doa, ketekunan, ketelitian, dan pengelolaan emosi yang baik oleh Luba sehingga ia berhasil menghantarkan dirinya sendiri untuk memperoleh dua gelar sekaligus.